Halo teman-teman !
Kali ini aku berkesempatan untuk menulis sesuatu yang berbeda
dan akan bermanfaat banget, terutama dalam merealisasikan tujuan hidup atau life
purpose. Tulisan ini merupakan rangkaian dari penugasan Program Lead Others
TELADAN 2019. So, if you don’t have a
life purpose yet, I recommend you to read this article.
![]() |
Bu Farida selaku GA di TELADAN Training 2019 |
Bu Farida Mahri adalah founder dari Sekolah Alam
Wangsakerta, yang menjadi inspirasiku untuk membuat tulisan ini. Sesuai visinya
“Mewujudkan masyarakat yang cukup pangan, cukup energi, cukup informasi dan
mampu menentukan diri sendiri”, Sekolah Alam Wangsakerta didirikan atas dasar “bermanfaat
untuk orang lain”. Sekolah ini dibentuk melalui grup diskusi yang kemudian
berbuah menjadi sebuah sekolah yang mampu menghidupi desa melalui peningkatan
kemampuan mengelola alam dengan tidak melupakan pendidikan. Terbukti walaupun
bertajuk “sekolah alam”, Sekolah Alam Wangsakerta telah bekerja sama dengan PKBM
(Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) untuk menyelenggarakan sekolah paket A, B,
dan C sehingga siswa Sekolah Alam Wangsakerta yang sebelumnya pernah putus
sekolah dapat melanjutkan pendidikannya.
![]() |
Sekolah Alam Wangsakerta. Source : kumparan.com |
Apa yang membuat Bu Farida tergerak bermanfaat untuk orang
lain hingga mendirikan sekolah ini?
“Hidup itu bukan hanya untuk diri sendiri”.
Bu Farida menjelaskan bahwa sejak kecil beliau sudah ditanamkan
oleh kedua orang tuanya untuk tidak hanya memikirkan diri sendiri, tapi juga
memikirkan orang lain. Hal tersebut mendorong beliau untuk pindah dari kota
besar dan kembali ke daerah untuk membermanfaatkan diri untuk orang lain hingga
akhirnya mendirikan Sekolah Alam Wangsakerta yang mampu mengelola tanah di
sebuah desa yang tidak mendapatkan perhatian lebih, yang awalnya tanahnya
tandus menjadi subur sehingga bisa ditanami.
Lahan yang dikelola oleh Sekolah Alam Wangsakerta. source : instagram.com/farida.mahri |
Jika ditanya apakah perjalanan yang beliau lalui berlangsung dengan
mulus, tentu jawabannya tidak. Banyak tantangan yang harus dihadapi seiring dengan
perjalanan sekolah alam yang telah dirintis sejak 2017 ini, seperti ketidakpercayaan
masyarakat sekitar akan keberlangsungannya. Namun Bu Farida percaya “Selama
niatnya baik, seiring berjalannya waktu orang lain akan percaya dan mendukung”.
Hal penting yang perlu ditanamkan adalah memastikan kita memiliki niat yang
baik , tetap istiqomah dan percaya pada diri sendiri karena sejatinya
pemimpin itu lahir dari kepercayaan dirinya yang besar.
![]() |
Sustainable Development Goals |
Perjalanan Bu Farida Mahri ini secara tidak langsung telah
merespon poin-poin Sustainable Development Goals atau Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan. Beberapa poin tersebut adalah:
- No Poverty dan
Decent Work and Economic Growth Melalui Sekolah Alam Wangsakerta ini, masyarakat setempat terutama pemuda diajak untuk belajar bersama memanfaatkan potensi alam yang ada di sekitar tempat tinggal mereka, yang pada akhirnya masyarakat dapat mandiri secara ekonomi. Secara tidak langsung, hal ini berdampak angka kemiskinan di daerah tersebut menurun dan pertumbuhan ekonomi meningkat.
- Quality EducationWalaupun bertajuk “sekolah alam”, Sekolah Alam Wangsakerta telah memiliki kurikulum sendiri dalam proses belajar mengajarnya. Pembelajaran tidak hanya tentang pengelolaan alam, tapi juga pengetahuan umum. Terbukti dari pemaparan Bu Farida terdapat siswa yang sebelumnya tidak bisa berbahasa Indonesia menjadi bisa berbahasa Indonesia. Selain itu, sekolah ini juga telah bekerja sama dengan PKBM untuk menyelenggarakan sekolah paket sehingga siswa yang sempat putus sekolah dapat melanjutkan pendidikannya.
Kegigihan yang ditunjukkan oleh Bu Farida tentu menginspirasi
banyak orang, bahwa tidak yang akhirnya memutuskan untuk kembali ke daerah
(yang mungkin harus merelakan mimpi-mimpi besar untuk hidup elite) demi
menghidupi desa. Dari perjalanan beliau, aku sangat terinspirasi untuk bergerak
di bidang sosial juga terutama pendidikan. Aku sangat percaya bahwa pendidikan
itu sangat penting sebagaimana yang disampaikan Nelson Mandela “Education is
the most powerful weapon that you can use to change the world”. Pendidikan
di daerah, terutama di desaku masih belum bisa dikatakan “inklusif” karena masih
banyak yang belum bisa mengenyam pendidikan tinggi bahkan SMA dengan alasan ekonomi
dan kurangnya motivasi.
![]() |
Affordable and Clean Energy (SDGs-7) |
“Social and Science” is part of my soul, merupakan
Life purpose yang ingin aku perjuangkan. Sebagaimana yang telah aku jelaskan bahwa aku
ingin bergerak di bidang sosial sebagai pay it forward atas previlleges
yang aku dapatkan, seperti bisa melanjutkan pendidikan di UGM, mendapatkan full
scholarship dari Tanoto Foundation dan sebagainya. Namun sebagai mahasiswa program
studi fisika, ada bagian yang perlu aku perjuangkan juga, bahwa “Sains itu
lekat dengan kita”. Aku tertarik dengan isu energi terutama renewable energy
sebagai respon dari isu SDGs poin ketujuh yaitu “affordable and clean
energy” yang sebagaimana kita tahu isu ini tidak banyak disampaikan dan
diperjuangkan.
![]() |
Program Mengajar di Bantul, DI Yogyakarta |
Hal yang pernah aku lakukan dalam rangka merespon isu tersebut
bisa dikatakan belum masif sehingga masih perlu banyak aksi yang harus aku
lakukan dalam memperjuangkan isu tersebut. Sejauh ini aku beberapa kali
mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat, baik di daerah asal maupun di
Yogyakarta. Pengabdian tersebut dalam bentuk bakti sosial, program mengajar
hingga community development bidang sociopreneur yang saat ini
sedang aku pelajari melalui organisasi
di kampus.
Di bidang sains, khususnya energi, belum banyak hal yang
telah aku lakukan selain membuat tulisan dalam bentuk karya tulis atau esai
yang kemudian aku suarakan melalui sebuah kompetisi. Selain itu, saat ini aku
bersama teman satu fakultas sedang membuat official account di Instagram
bertajuk “Sang Saintis” yang bertujuan mengedukasi para saintis dan calon
saintis muda untuk mengembangkan potensi sebagai mahasiswa sains yang diharapkan ikut
menyuarakan isu-isu tentang sains dan mematahkan stigma bahwa “Sains itu hanya tentang
rumus-rumus”.
Jika ditanya tentang rencana di masa depan, tentu aku ingin
terus memperjuangkan “social and science” dalam bentuk yang dapat
diterima masyarakat. Rencana terdekat, aku bersama teman-teman seperjuangan
ingin mengadakan sebuah program mengajar sains di daerah pelosok Yogyakarta di setiap
weekend untuk mengajarkan sains baik sains secara teori, sains secara
aplikasi maupun renewable energy pada anak-anak. Program ini diadaptasi
dari program 1000 guru dimana mengajar sambil travelling. Nantinya
melalui program ini (yang insyaAllah diadakan setelah pandemi berakhir
dan kuliah normal) diharapkan mampu memberikan dampak positif terutama pada kompetensi
saintek di daerah pelosok dan menginspirasi mahasiswa sains di seluruh
Indonesia untuk melakukan aksi yang sama.
Akhirnya, aku ingin menyampaikan terima kasih kepada Tanoto
Foundation yang telah memberikan kesempatan untuk belajar bersama tokoh-tokoh
penting yang semuanya memberikan insights yang luar biasa. Terima kasih kepada
Ibu Farida Mahri atas pemaparan perjalanan menjadi “pejuang desa” yang sangat
menginspirasi.
Pesan dari Bu Farida untuk kita para mahasiswa “Jangan
menjadi mahasiswa yang sibuk dengan diri sendiri hingga lupa meluangkan waktu
untuk belajar bersama masyarakat”.
-Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat untuk orang
lain-