Pages

  • Home
  • Experience
Diberdayakan oleh Blogger.
facebook linkedin twitter youtube
Izzulhaq Al Ma'ruf
    • TELADAN
    • MOTIVASI
    • EXPERIENCE
    • BOOK
    • CORETAN
    Halo  teman-teman !

    Kali ini aku berkesempatan untuk menulis sesuatu yang berbeda dan akan bermanfaat banget, terutama dalam merealisasikan tujuan hidup atau life purpose. Tulisan ini merupakan rangkaian dari penugasan Program Lead Others TELADAN 2019.  So, if you don’t have a life purpose yet, I recommend you to read this article.


    Bu Farida selaku GA di TELADAN Training 2019

    Bu Farida Mahri adalah founder dari Sekolah Alam Wangsakerta, yang menjadi inspirasiku untuk membuat tulisan ini. Sesuai visinya “Mewujudkan masyarakat yang cukup pangan, cukup energi, cukup informasi dan mampu menentukan diri sendiri”, Sekolah Alam Wangsakerta didirikan atas dasar “bermanfaat untuk orang lain”. Sekolah ini dibentuk melalui grup diskusi yang kemudian berbuah menjadi sebuah sekolah yang mampu menghidupi desa melalui peningkatan kemampuan mengelola alam dengan tidak melupakan pendidikan. Terbukti walaupun bertajuk “sekolah alam”, Sekolah Alam Wangsakerta telah bekerja sama dengan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) untuk menyelenggarakan sekolah paket A, B, dan C sehingga siswa Sekolah Alam Wangsakerta yang sebelumnya pernah putus sekolah dapat melanjutkan pendidikannya.
    Sekolah Alam Wangsakerta. Source : kumparan.com

    Apa yang membuat Bu Farida tergerak bermanfaat untuk orang lain hingga mendirikan sekolah ini?

    “Hidup itu bukan hanya untuk diri sendiri”.

    Bu Farida menjelaskan bahwa sejak kecil beliau sudah ditanamkan oleh kedua orang tuanya untuk tidak hanya memikirkan diri sendiri, tapi juga memikirkan orang lain. Hal tersebut mendorong beliau untuk pindah dari kota besar dan kembali ke daerah untuk membermanfaatkan diri untuk orang lain hingga akhirnya mendirikan Sekolah Alam Wangsakerta yang mampu mengelola tanah di sebuah desa yang tidak mendapatkan perhatian lebih, yang awalnya tanahnya tandus menjadi subur sehingga bisa ditanami.

    Lahan yang dikelola oleh Sekolah Alam Wangsakerta. source : instagram.com/farida.mahri

    Jika ditanya apakah perjalanan yang beliau lalui berlangsung dengan mulus, tentu jawabannya tidak. Banyak tantangan yang harus dihadapi seiring dengan perjalanan sekolah alam yang telah dirintis sejak 2017 ini, seperti ketidakpercayaan masyarakat sekitar akan keberlangsungannya. Namun Bu Farida percaya “Selama niatnya baik, seiring berjalannya waktu orang lain akan percaya dan mendukung”. Hal penting yang perlu ditanamkan adalah memastikan kita memiliki niat yang baik , tetap istiqomah dan percaya pada diri sendiri karena sejatinya pemimpin itu lahir dari kepercayaan dirinya yang besar.

    Sustainable Development Goals

    Perjalanan Bu Farida Mahri ini secara tidak langsung telah merespon poin-poin Sustainable Development Goals atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Beberapa poin tersebut adalah:

    1. No Poverty dan Decent Work and Economic Growth Melalui Sekolah Alam Wangsakerta ini, masyarakat setempat terutama pemuda diajak untuk belajar bersama memanfaatkan potensi alam yang ada di sekitar tempat tinggal mereka, yang pada akhirnya masyarakat dapat mandiri secara ekonomi. Secara tidak langsung, hal ini berdampak angka kemiskinan di daerah tersebut menurun dan pertumbuhan ekonomi meningkat.
    2. Quality EducationWalaupun bertajuk “sekolah alam”, Sekolah Alam Wangsakerta telah memiliki kurikulum sendiri dalam proses belajar mengajarnya. Pembelajaran tidak hanya tentang pengelolaan alam, tapi juga pengetahuan umum. Terbukti dari pemaparan Bu Farida terdapat siswa yang sebelumnya tidak bisa berbahasa Indonesia menjadi bisa berbahasa Indonesia. Selain itu, sekolah ini juga telah bekerja sama dengan PKBM untuk menyelenggarakan sekolah paket sehingga siswa yang sempat putus sekolah dapat melanjutkan pendidikannya.
    Kegigihan yang ditunjukkan oleh Bu Farida tentu menginspirasi banyak orang, bahwa tidak yang akhirnya memutuskan untuk kembali ke daerah (yang mungkin harus merelakan mimpi-mimpi besar untuk hidup elite) demi menghidupi desa. Dari perjalanan beliau, aku sangat terinspirasi untuk bergerak di bidang sosial juga terutama pendidikan. Aku sangat percaya bahwa pendidikan itu sangat penting sebagaimana yang disampaikan Nelson Mandela “Education is the most powerful weapon that you can use to change the world”. Pendidikan di daerah, terutama di desaku masih belum bisa dikatakan “inklusif” karena masih banyak yang belum bisa mengenyam pendidikan tinggi bahkan SMA dengan alasan ekonomi dan kurangnya motivasi.  

    Affordable and Clean Energy (SDGs-7)

    “Social and Science” is part of my soul, merupakan Life purpose yang ingin aku perjuangkan. Sebagaimana yang telah aku jelaskan bahwa aku ingin bergerak di bidang sosial sebagai pay it forward atas previlleges yang aku dapatkan, seperti bisa melanjutkan pendidikan di UGM, mendapatkan full scholarship dari Tanoto Foundation dan sebagainya. Namun sebagai mahasiswa program studi fisika, ada bagian yang perlu aku perjuangkan juga, bahwa “Sains itu lekat dengan kita”. Aku tertarik dengan isu energi terutama renewable energy sebagai respon dari isu SDGs poin ketujuh yaitu “affordable and clean energy” yang sebagaimana kita tahu isu ini tidak banyak disampaikan dan diperjuangkan.

    Program Mengajar di Bantul, DI Yogyakarta

    Hal yang pernah aku lakukan dalam rangka merespon isu tersebut bisa dikatakan belum masif sehingga masih perlu banyak aksi yang harus aku lakukan dalam memperjuangkan isu tersebut. Sejauh ini aku beberapa kali mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat, baik di daerah asal maupun di Yogyakarta. Pengabdian tersebut dalam bentuk bakti sosial, program mengajar hingga community development bidang sociopreneur yang saat ini sedang aku pelajari  melalui organisasi di kampus.

     
    Mengikuti International Science, Technology and Engineering Competition


    Di bidang sains, khususnya energi, belum banyak hal yang telah aku lakukan selain membuat tulisan dalam bentuk karya tulis atau esai yang kemudian aku suarakan melalui sebuah kompetisi. Selain itu, saat ini aku bersama teman satu fakultas sedang membuat official account di Instagram bertajuk “Sang Saintis” yang bertujuan mengedukasi para saintis dan calon saintis muda untuk mengembangkan potensi sebagai  mahasiswa sains yang diharapkan ikut menyuarakan isu-isu tentang sains dan mematahkan stigma bahwa “Sains itu hanya tentang rumus-rumus”.

    Jika ditanya tentang rencana di masa depan, tentu aku ingin terus memperjuangkan “social and science” dalam bentuk yang dapat diterima masyarakat. Rencana terdekat, aku bersama teman-teman seperjuangan ingin mengadakan sebuah program mengajar sains di daerah pelosok Yogyakarta di setiap weekend untuk mengajarkan sains baik sains secara teori, sains secara aplikasi maupun renewable energy pada anak-anak. Program ini diadaptasi dari program 1000 guru dimana mengajar sambil travelling. Nantinya melalui program ini (yang insyaAllah diadakan setelah pandemi berakhir dan kuliah normal) diharapkan mampu memberikan dampak positif terutama pada kompetensi saintek di daerah pelosok dan menginspirasi mahasiswa sains di seluruh Indonesia untuk melakukan aksi yang sama.

    Akhirnya, aku ingin menyampaikan terima kasih kepada Tanoto Foundation yang telah memberikan kesempatan untuk belajar bersama tokoh-tokoh penting yang semuanya memberikan insights yang luar biasa. Terima kasih kepada Ibu Farida Mahri atas pemaparan perjalanan menjadi “pejuang desa” yang sangat menginspirasi.

    Pesan dari Bu Farida untuk kita para mahasiswa “Jangan menjadi mahasiswa yang sibuk dengan diri sendiri hingga lupa meluangkan waktu untuk belajar bersama masyarakat”.

    -Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain-
    Continue Reading
    Selamat Hari Raya Idul Adha!

    Tahun ini adalah tahun keduaku merayakan momen Idul Adha jauh dari keluarga di Nganjuk. Aku yang notabene “anak rumahan banget” harus merelakan momen setahun sekali ini dan merasakan momen yang berbeda di tempat perantauan.
    Momen Idul Adha tahun lalu, berjalan menuju tempat salat Eid bersama para volunteer
    Oh ya, saat ini aku sedang menempuh pendidikan di Yogyakarta dan sejak tahun kemarin harus merayakan Idul Adha di beberapa daerah di Yogyakarta. Tahun lalu, aku bergabung menjadi volunteer di salah satu kegiatan pengabdian masyarakat yang diinisasi oleh keluarga mahasiswa FMIPA UGM dan kegiatannya diadakan di daerah Gunungkidul. Tahun ini, aku memaksakan diri kembali ke Yogyakarta (setelah sebelumnya study from home selama 4 bulan) untuk memeriksa motor yang sudah lama kutinggalkan di asrama, mengikuti webinar dari Tanoto Foundation dan membawa barang-barang yang sekiranya perlu aku bawa ke Nganjuk untuk kuliah semester depan.
    Momen Idul Adha tahun ini. Salat Eid di jalan menuju masjid sebagai langkah guna memberlakukan physical distancing

    Apa sih yang membedakan momen Idul Adha di rumah dan perantauan?
    Karena tahun lalu aku bergabung di kegiatan pengabdian, perbedaannya ada di agenda dan cakupan kebermanfaatannya. Momen Idul Adha di rumah membuatku hanya merayakannya bersama keluarga, sedangkan tahun lalu aku bisa merayakannya dengan teman-teman seperantauan dan masyarakat setempat dimana aku bisa menebarkan kebermanfaatan.
    Mengabdi untuk warga desa

    Sedangkan tahun ini, aku bisa merayakannya dengan warga sekitar asrama dan teman-teman satu jurusan yang masih bertahan di Yogyakarta.

    Tapi selain perayaan, momen Idul Adha di perantauan juga memberikan insight yang berbeda tentang “Apa yang bisa dimaknai dari hari besar ini”, apalagi tahun ini momen hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha) bersamaan dengan merebaknya wabah Coronavirus. Secara garis besar makna ini aku dapatkan dari khutbah yang disampaikan selepas salat Eid bahwa selama ini aku hanya memandang kisah Nabi Ibrahim dan Ismail yang seringkali disampaikan saat khutbah selepas salat Eid hanya dari satu perspektif saja. Sejatinya kisah tersebut memberikan banyak sekali perspektif dan pesan yang mungkin setiap orang bisa memiliki masing-masing perspektif tersebut.
    Idul Adha tahun lalu, bermain dan belajar bersama anak-anak SD setempat

    Momen Idul Adha tahun lalu memberikan pesan tentang keikhlasan. Bagaimana ketika kita sebagai hamba Allah ikhlas terhadap apa yang kita lakukan, baik itu yang bersifat duniawi maupun ukhrawi, Allah akan memberikan balasan yang lebih dari apa yang kita bayangkan. Kata “ikhlas” ini tidak main-main loh dan tidak cukup hanya diucapkan “aku ikhlas lahir batin”. Ada konsekuensi dari “ikhlas” ini bahwa kita melaksanakannya dengan semata-mata karena Allah, mengharapkan ridha dari-Nya. It’s absolutely hard but we have to try in every second of our life.   

    Momen Idul Adha tahun ini memberikan insight baru bahwa melalui hewan Qurban yang disembelih, kita juga harus belajar untuk meninggalkan sifat-sifat hayawaniyah yang mungkin selama ini tidak sadar kita miliki. Hewan hanya diberikan hawa nafsu saja berupa nafsu untuk mencari makan dan nafsu seksual untuk mempertahankan hidup dan tidak diberikan akal sehingga hewan tidak perlu berpikir nih apakah makanan ini halal atau haram. Nah kita sebagai manusia yang diberikan dua previlleges berupa hawa nafsu dan akal seharusnya tidak bertindak seperti hewan dong bahwa setiap tindakan yang kita lakukan harus dipikirkan terlebih dahulu, dapat diterima akal sehat dan tidak sekadar memenuhi hawa nafsu sahaja. Memang kita mau disamakan dengan hewan yang hanya mengedepankan hawa nafsu saja?

    Lastly, sejatinya jika momen Idul Adha benar-benar dapat dimaknai dengan benar dan diresapi dalam hati sanubari seharusnya tidak ada lagi tindakan bodoh nan dzalim yang dilakukan oleh manusia. Manusia melakukan tindak dzalim tersebut menandakan sifat hawaniyah di dalam dirinya masih belum hilang. Sifat yang hanya mengedepankan hawa nafsu, mementingkan diri sendiri dan merugikan orang lain. What should we do? Yuk kita maknai momen berharga yang hadirnya hanya setahun sekali untuk bermuhasabah diri apakah sifat hawaniyah dalam diri kita masih ada atau sudah berusaha kita hapus. Jika masih ada, mari berusaha kita hilangkan. JIka tidak ada, mari kita pastikan tidak muncul kembali.
    Continue Reading
    Sawadeekhap. 


    Selamat pagi teman-teman. Sepertinya sudah lama sekali aku tidak memposting lagi di blog ini sejak terakhir kali aku membagikan esai seleksi beasiswa Teladan Tanoto Foundation. Nah di musim pandemi ini,  aku ingin membagikan beberapa tips dan trik untuk teman-teman mahasiswa baru yang ingin mendaftar beasiswa apapun, khususnya beasiswa Teladan.
    Pelatihan Kepemimpinan Dasar TELADAN 2019



    Bagi yang belum tahu apa itu beasiswa Teladan dan Yayasan Tanoto Foundation, aku juga kasih beberapa informasi singkat tentang keduanya, kemudian disambung dengan sharing tips dan trik dari aku.

    Let’s start it !

    source : tanotofoundation.org

    Apa sih beasiswa Teladan? dan apa benefit yang didapatkan dari beasiswa ini?

    Well, sebelum kalian membaca artikel ini lebih jauh, kalian perlu cek website tanotofoundation.org dulu agar lebih tahu tentang beasiswa ini dan mendapatkan first insight tentang beasiswa ini.

    Sejatinya beasiswa Teladan ini baru launching di tahun 2018 untuk program beasiswa yang dimulai awal tahun 2019 which is tahun dimana aku apply. Beasiswa ini diberikan oleh Tanoto Foundation, sebuah Lembaga filantropi yang berdiri pada 1981 dibawah naungan Bapak Sukanto Tanoto yang sudah sejak lama berkomitmen untuk mendukung pendidikan Indonesia melalui beberapa program luar biasanya. Seperti beasiswa NCS (Natonal Champion Scholarship) sebelum tahun 2018.

    Tahu nggak sih kalo TELADAN itu merupakan sebuah akronim? Teladan itu singkatan dari “Transformasi Edukasi untuk Melahirkan Pemimpin Masa Depan”, dan merupakan beasiswa yang hanya diperuntukkan untuk Mahasiswa Baru (tahun pertama) dari 9 universitas mitra, diantaranya UI, ITB, UGM, IPB, UNDIP, UB, USU, UNRI, UNAND. So, jangan sedih bagi kalian yang bukan mahasiswa di universitas mitra karena sebenarnya beasiswa di kampus itu sangatlah banyak.

    Beasiswa ini termasuk bergengsi loh karena fasilitas yang diberikan oleh Tanoto Foundation ini tidak main-main dan benar-benar menunjang awardee-nya (yang biasa disebut Tanoto Scholars) untuk berprestasi. Beasiswa ini membiayai uang kuliah tungaal (UKT), memberikan living cost / uang saku bulanan (bener-bener dikirim per bulan, bukan per semester) yang nominalnya sekian (hahaha), memberikan dukungan pengembangan kepemimpinan melalui pelatihan, mentoring dan sebagainya.

    Intinya beasiswa ini provide fasilitas-fasilitas yang luar biasa, bahkan aku pernah ada forum bersama penerima beasiswa swasta se-UGM dan saat itu interviewer-nya tanya “Menurut kalian, bagaimana sih beasiswa yang ideal itu?”. Ada salah satu penerima beasiswa lain bilang kalo beasiswa yang ideal itu yang mencangkup uang kuliah, living cost dan mentoring, karena saat ini sejatinya mahasiswa itu butuh yang namanya softskill khususnya leadership skill untuk menunjang kehidupan pasca kampus mereka. Nah, aku sebagai Tanoto Scholars merasa bangga dong karena berhasil mendapat beasiswa yang bisa dikatakan ideal ini.

    Beberapa leadership skill yang diajarkan selama pelatihan tahun kemarin. Mungkin bisa memotivasi kalian untuk memperjuangkan beasiswa ini.


    Nah lanjut.
    Dengan fasilitas-fasilitas yang luar biasa ini tentu Tanoto Foundation tidak main-main dong dalam memilih penerima beasiswa. Dari 9 universitas mitra, beasiswa ini hanya memilih 150 Tanoto Scholars. Bahkan menurut data yang diberikan, pendaftar Teladan 2019 lebih dari 1000 pendaftar. Sangat kompetitif bukan?

    Lalu bagaimana caranya bisa lolos kalo persaingannya saja sangat ketat?

    Ini nih hal yang mau aku sampaikan bahwa sebelum kalian mendaftar beasiswa apapun itu, kalian harus tahu tujuan adanya beasiswa itu atau bisa disebut value apa yang dicari dan diharapkan oleh pemberi beasiswa tersebut.

    Nah, sedikit informasi yang ingin aku berikan bahwa sesuai namanya, beasiswa Teladan ini mencari mahasiswa yang “teladan” baik itu dalam akademik dan non-akademik. Dalam artian bahwa beasiswa ini mencari mereka yang cemerlang akademiknya tapi tidak lupa dengan non-akademiknya yang dibuktikan dengan pengalaman kepemimpinannya. Selain itu, beasiswa ini mencari mahasiswa yang memiliki value, tahu dirinya sendiri (self awareness) dan  punya plan masa depan yang tertata. Hal inilah yang tidak semua mahasiswa baru punya. Mereka kan baru “pindah status” dari siswa ke mahasiswa, which is tidak semua mahasiswa baru punya kapasitas-kapasitas tersebut. 

    So guys, bagi kalian yang ingin mendapatkan beasiswa ini, kalian perlu mempersiapkan : pertama, value apa yang kalian angkat (make it patent) dan pastikan value tersebut bener-bener kalian suarakan, baik di media sosial, curriculum vitae, esai yang nanti kalian akan buat dan saat wawancara. Kedua, kalian harus ikut dan berperan dalam minimal satu organisasi/komunitas yang kalian yakin dapat berkembang didalamnya (nantinya kalian bisa jelaskan ini dalam esai dan wawancara). Jangan lupa juga update informasi terkini agar tidak ketinggalan isu-isu yang sedang terjadi.

    So, dari bahasan yang agak ngalor-ngidul ini yang perlu  di-highlight adalah  be well-prepared untuk segala sesuatu yang ingin kita raih, termasuk beasiswa. Kita harus tahu at least informasi dasar (tujuan, value, program) tentang beasiswa yang ingin kita apply dan tentunya be authentic, genuine and be you!

    Nah, Kalau kalian ada pertanyaan atau ingin mengajak diskusi terkait persiapan kuliah dan beasiswa boleh banget nih kontak aku. Mohon maaf juga kalau postingan ini nggak koheren dan belibet. But anyway, semoga tetap bermanfaat ! 

    Khopkunkhap




    Continue Reading
    Older
    Stories

    Total Pengunjung

    About Writer

    Photo Profile
    Izzulhaq Al Ma'ruf

    6th Semester Physics Student of Universitas Gadjah Mada, awarded as Most Outstanding Student of FMIPA UGM, who has interest in social science project and material physics. In Future, will be a material scientist and create a social science community for my hometown and nation. Read More







    Follow Us

    • facebook
    • twitter
    • bloglovin
    • youtube
    • pinterest
    • instagram

    Labels

    Artikel Beasiswa Coretan Esai Idul Adha Motivasi Muda Anjuk Ladang Pengalaman Resume Tanoto Teladan Tips dan Trik UGM

    recent posts

    Blog Archive

    • Agustus 2020 (1)
    • Juli 2020 (1)
    • April 2020 (1)
    • Juli 2019 (1)
    • Desember 2018 (2)
    • September 2017 (1)
    • Agustus 2017 (1)
    facebook Twitter instagram pinterest bloglovin google plus tumblr

    Created with by BeautyTemplates

    Back to top