Inspirasi Mewujudkan Life Purpose dengan Menghidupi Desa - Bu Farida Mahri, Founder Sekolah Alam Wangsakerta

Agustus 01, 2020

Halo  teman-teman !

Kali ini aku berkesempatan untuk menulis sesuatu yang berbeda dan akan bermanfaat banget, terutama dalam merealisasikan tujuan hidup atau life purpose. Tulisan ini merupakan rangkaian dari penugasan Program Lead Others TELADAN 2019.  So, if you don’t have a life purpose yet, I recommend you to read this article.


Bu Farida selaku GA di TELADAN Training 2019

Bu Farida Mahri adalah founder dari Sekolah Alam Wangsakerta, yang menjadi inspirasiku untuk membuat tulisan ini. Sesuai visinya “Mewujudkan masyarakat yang cukup pangan, cukup energi, cukup informasi dan mampu menentukan diri sendiri”, Sekolah Alam Wangsakerta didirikan atas dasar “bermanfaat untuk orang lain”. Sekolah ini dibentuk melalui grup diskusi yang kemudian berbuah menjadi sebuah sekolah yang mampu menghidupi desa melalui peningkatan kemampuan mengelola alam dengan tidak melupakan pendidikan. Terbukti walaupun bertajuk “sekolah alam”, Sekolah Alam Wangsakerta telah bekerja sama dengan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) untuk menyelenggarakan sekolah paket A, B, dan C sehingga siswa Sekolah Alam Wangsakerta yang sebelumnya pernah putus sekolah dapat melanjutkan pendidikannya.
Sekolah Alam Wangsakerta. Source : kumparan.com

Apa yang membuat Bu Farida tergerak bermanfaat untuk orang lain hingga mendirikan sekolah ini?

“Hidup itu bukan hanya untuk diri sendiri”.

Bu Farida menjelaskan bahwa sejak kecil beliau sudah ditanamkan oleh kedua orang tuanya untuk tidak hanya memikirkan diri sendiri, tapi juga memikirkan orang lain. Hal tersebut mendorong beliau untuk pindah dari kota besar dan kembali ke daerah untuk membermanfaatkan diri untuk orang lain hingga akhirnya mendirikan Sekolah Alam Wangsakerta yang mampu mengelola tanah di sebuah desa yang tidak mendapatkan perhatian lebih, yang awalnya tanahnya tandus menjadi subur sehingga bisa ditanami.

Lahan yang dikelola oleh Sekolah Alam Wangsakerta. source : instagram.com/farida.mahri

Jika ditanya apakah perjalanan yang beliau lalui berlangsung dengan mulus, tentu jawabannya tidak. Banyak tantangan yang harus dihadapi seiring dengan perjalanan sekolah alam yang telah dirintis sejak 2017 ini, seperti ketidakpercayaan masyarakat sekitar akan keberlangsungannya. Namun Bu Farida percaya “Selama niatnya baik, seiring berjalannya waktu orang lain akan percaya dan mendukung”. Hal penting yang perlu ditanamkan adalah memastikan kita memiliki niat yang baik , tetap istiqomah dan percaya pada diri sendiri karena sejatinya pemimpin itu lahir dari kepercayaan dirinya yang besar.

Sustainable Development Goals

Perjalanan Bu Farida Mahri ini secara tidak langsung telah merespon poin-poin Sustainable Development Goals atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Beberapa poin tersebut adalah:

  1. No Poverty dan Decent Work and Economic Growth Melalui Sekolah Alam Wangsakerta ini, masyarakat setempat terutama pemuda diajak untuk belajar bersama memanfaatkan potensi alam yang ada di sekitar tempat tinggal mereka, yang pada akhirnya masyarakat dapat mandiri secara ekonomi. Secara tidak langsung, hal ini berdampak angka kemiskinan di daerah tersebut menurun dan pertumbuhan ekonomi meningkat.
  2. Quality EducationWalaupun bertajuk “sekolah alam”, Sekolah Alam Wangsakerta telah memiliki kurikulum sendiri dalam proses belajar mengajarnya. Pembelajaran tidak hanya tentang pengelolaan alam, tapi juga pengetahuan umum. Terbukti dari pemaparan Bu Farida terdapat siswa yang sebelumnya tidak bisa berbahasa Indonesia menjadi bisa berbahasa Indonesia. Selain itu, sekolah ini juga telah bekerja sama dengan PKBM untuk menyelenggarakan sekolah paket sehingga siswa yang sempat putus sekolah dapat melanjutkan pendidikannya.
Kegigihan yang ditunjukkan oleh Bu Farida tentu menginspirasi banyak orang, bahwa tidak yang akhirnya memutuskan untuk kembali ke daerah (yang mungkin harus merelakan mimpi-mimpi besar untuk hidup elite) demi menghidupi desa. Dari perjalanan beliau, aku sangat terinspirasi untuk bergerak di bidang sosial juga terutama pendidikan. Aku sangat percaya bahwa pendidikan itu sangat penting sebagaimana yang disampaikan Nelson Mandela “Education is the most powerful weapon that you can use to change the world”. Pendidikan di daerah, terutama di desaku masih belum bisa dikatakan “inklusif” karena masih banyak yang belum bisa mengenyam pendidikan tinggi bahkan SMA dengan alasan ekonomi dan kurangnya motivasi.  

Affordable and Clean Energy (SDGs-7)

Social and Scienceis part of my soul, merupakan Life purpose yang ingin aku perjuangkan. Sebagaimana yang telah aku jelaskan bahwa aku ingin bergerak di bidang sosial sebagai pay it forward atas previlleges yang aku dapatkan, seperti bisa melanjutkan pendidikan di UGM, mendapatkan full scholarship dari Tanoto Foundation dan sebagainya. Namun sebagai mahasiswa program studi fisika, ada bagian yang perlu aku perjuangkan juga, bahwa “Sains itu lekat dengan kita”. Aku tertarik dengan isu energi terutama renewable energy sebagai respon dari isu SDGs poin ketujuh yaitu “affordable and clean energy” yang sebagaimana kita tahu isu ini tidak banyak disampaikan dan diperjuangkan.

Program Mengajar di Bantul, DI Yogyakarta

Hal yang pernah aku lakukan dalam rangka merespon isu tersebut bisa dikatakan belum masif sehingga masih perlu banyak aksi yang harus aku lakukan dalam memperjuangkan isu tersebut. Sejauh ini aku beberapa kali mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat, baik di daerah asal maupun di Yogyakarta. Pengabdian tersebut dalam bentuk bakti sosial, program mengajar hingga community development bidang sociopreneur yang saat ini sedang aku pelajari  melalui organisasi di kampus.

 
Mengikuti International Science, Technology and Engineering Competition


Di bidang sains, khususnya energi, belum banyak hal yang telah aku lakukan selain membuat tulisan dalam bentuk karya tulis atau esai yang kemudian aku suarakan melalui sebuah kompetisi. Selain itu, saat ini aku bersama teman satu fakultas sedang membuat official account di Instagram bertajuk “Sang Saintis” yang bertujuan mengedukasi para saintis dan calon saintis muda untuk mengembangkan potensi sebagai  mahasiswa sains yang diharapkan ikut menyuarakan isu-isu tentang sains dan mematahkan stigma bahwa “Sains itu hanya tentang rumus-rumus”.

Jika ditanya tentang rencana di masa depan, tentu aku ingin terus memperjuangkan “social and science” dalam bentuk yang dapat diterima masyarakat. Rencana terdekat, aku bersama teman-teman seperjuangan ingin mengadakan sebuah program mengajar sains di daerah pelosok Yogyakarta di setiap weekend untuk mengajarkan sains baik sains secara teori, sains secara aplikasi maupun renewable energy pada anak-anak. Program ini diadaptasi dari program 1000 guru dimana mengajar sambil travelling. Nantinya melalui program ini (yang insyaAllah diadakan setelah pandemi berakhir dan kuliah normal) diharapkan mampu memberikan dampak positif terutama pada kompetensi saintek di daerah pelosok dan menginspirasi mahasiswa sains di seluruh Indonesia untuk melakukan aksi yang sama.

Akhirnya, aku ingin menyampaikan terima kasih kepada Tanoto Foundation yang telah memberikan kesempatan untuk belajar bersama tokoh-tokoh penting yang semuanya memberikan insights yang luar biasa. Terima kasih kepada Ibu Farida Mahri atas pemaparan perjalanan menjadi “pejuang desa” yang sangat menginspirasi.

Pesan dari Bu Farida untuk kita para mahasiswa “Jangan menjadi mahasiswa yang sibuk dengan diri sendiri hingga lupa meluangkan waktu untuk belajar bersama masyarakat”.

-Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain-

You Might Also Like

0 komentar